Indonesia
sebagai salah satu negara produsen beras yang besar di kawasan asia
tenggara tentunya akan menghasilkan dedak padi yang cukup melimpah.
Dedak merupakan hasil ikutan padi, jumlahnya sekitar 10% dari jumlah
padi yang digiling menjadi beras. Bahan ini biasa digunakan sebagai
sumber energi bagi pakan layer, yang mana penggunaanya rata-rata
mencapai 10-20% di usis produksi. Menurut NRC 1994, energi yang
terkandung dalam dedak padi bisa mencapai 2980 kcal/kg. Namun nilai ini
bukan harga mati, karena jumlah energi yang bisa dihasilkan dari
nutrient yang ada pada dedak tergantung dari jumlah serat kasar, dan
kualitas lemak yang ada didalamnya. Semakin tinggi serat kasar maka
semakin rendah pula jumlah energinya. Indikator tingginya serat kasar
bisa di lihat dari jumlah hull/sekam nya dengan cara menaganalisa dengan
phloroglucinol . Bau dari dedak padi juga harus fresh, karena jika baunya sudah tengik berarti telah terjadi reaksi kimia
Dedak
merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak dikonsumsi manusia,
sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya. Dedak mengandung bagian
luar beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian
penutup beras itu. Hal ini mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat
kasar dedak. Bahan dedak padi ada 2, yaitu dedak halus (katul) dan
dedak kasar. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari
proses penyosohan beras, dengan kandungan gizi: Protein = 11,35%, Lemak
= 12,15%, Karbohidrat = 28,62%, Abu = 10,5%, Serat kasar = 24,46% dan
Air = 10,15%.
Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Pada usaha pembibitan sapi , dedak padi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 100%, terutama pada dedak padi kualitas sedang sampai baik yang biasa disebut dengan pecah kulit
(PK) 2 atau sparator. Sebagai komoditi yang cukup terbatas
ketersediaannya karena tergantung pada musim panen padi serta sifatnya
yang mudah rusak serta menjadi kebutuhan utama bagi peternak yang
membuat pakan campuran sendiri sehingga mendorong tingginya harga
jualnya dipasaran. Hal yang demikian tersebut dimanfaatkan para penjual
maupun pengepul katul untuk memanipulasi isi katul tersebut sehingga
akan didapat keuntungan yang lebih banyak lagi. Ada beberapa bahan yang
sering digunakan untuk memanipulasi jagung seperti sekam giling,
limestone, zeolite dan limbah tepung tapioca (onggok).
Pada
musim panen keberadaan dedak padi memang cukup banyak dan seringkali
disimpan untuk pemakaian jangka panjang. Akan tetapi dedak padi tidak
dapat disimpan lama karena :
-
Mudah rusak oleh serangga dan bakteri.
-
Mudah berjamur, yang dipengaruhi oleh kadar air, suhu serta kelembaban yang membuat jamur cepat tumbuh. Hal ini dapat diatasi dengan zeolit dan kapur, yang berfungsi sebagai pengering atau penyerap air dari jaringan dedak padi. Penambahan zeolit atau kapur dapat meningkatkan daya simpan dedak padi sampai dengan 12 minggu.
-
Mudah berbau tengik, yang disebabkan oleh enzim lipolitik/perioksidase yang terdapat dalam dedak karena kandungan asam lemak bebas dalam dedak meningkat selama penyimpanan. Aktivitas enzim tersebut dapat dihambat antara lain dengan cara silase. Silase adalah suatu jenis produk yang dihasilkan melalui fermentasi dari bahan yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Kini sudah tersedia teknologi stabilisasi dedak padi. Stabilisasi dedak padi meliputi netralisasi/inaktifasi enzim lipase, yakni senyawa yang mudah teroksidasi yang menyebabkan dedak cepat busuk dengan mengeluarkan bau tengik. Enzim lipase itu merembes ke dedak pada cara penggilingan padi tradisional. Langkah lainnya pada stabilisasi termasuk perlakuan methanolik terhadap komponen-komponen minyak mudah menguap pada padi. Dengan langkah-langkah stabilisasi tersebut dedak mempertahankan kandungan nutrisi yang cukup kaya meliputi serat-serat, vitamin B kompleks, mineral, phytosterol, banyak jenis antioksidan, dan fraksi-fraksi minyak dan protein yang stabil.